Kepemimpinan
Pertemuan ke 13&14
Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting
dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan
dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi.
Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain
agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha,
1983:123). Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah
kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian,
termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam
rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh
semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku Aeseorang atau
sekelompok orang untuk meneapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi
antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai
tujuan bersama, baik dengan cara mempengafuhi, membujuk, memotivasi dan
mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang
pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada
kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari
itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya,
anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka
mampu memberikan kontribusi yang posetif dalam usaha mencapai tujuan.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai berikut :
1. Tipe pemimpin otokratis
2. Tipe pemimpin militeristik
3. Tipe pemimpin paternalistis
4. Tipe pemimpin karismatis
5. Tipe pomimpin demokratis
Teori Kepemimpinan
1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan beerangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani
Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan , bukannya
diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”
Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat – sifat kepemimpinan
tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan
dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain ; sifat fisik, mental dan
kepribadian
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kea rah dua hal :
Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yangØ
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan
dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut struksur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpinØ
yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat,
bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
3. Teori kontingensi
Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu
sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan
lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem
mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
¯ Substansinya adalah manusia bukan tugas.
¯ Kurang menekankan hirarki
¯ Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok
¯ Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma
¯ Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama
4. Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini
menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang
pekerja – lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku.
Beberapa tokohnya, antara lain:
a. Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security
needs, social needs, esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan
tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi
perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya agar timbul
kepuasan.
b. Douglas Mc Gregor (1906-1964)
Teori X dan teori Y
Teori X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer hanya mengubah
kondisi kerja dan mengektifkan penggunaan rewards & punishment untuk
meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi
optimistik, manajer perlu melakukan pendekatan humanistik kepada
karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong pertumbuhan
pribadi, mendorong kinerja.
5. Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic
biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya
kebebasan. Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan
Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum
berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”.
Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari
kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk
merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan
pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila
dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok,
yaitu; (1), kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani
anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya, (2),
organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan
kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan,
dan (3), interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan
anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai
bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan,
kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain,
melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard
& Zigarmi, 2001).