Tugas Softskill Minggu 9
Pengertian Pandangan Hidup dan Ideologi
Setiap
manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup bersifat kodrati. Pandangan
hidup artinya pendapat pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu
merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu
dan tempat hidupnya. Pandangan hidup dasarnya mempunyai unsure – unsure yaitu
cita – cita, kebajikan, usaha, keyakinan / kepercayaan.
Dengan demikian pandangan hidup
bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui
proses yang panjang. Sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataanya.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan
hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari:
1. Pandangan
hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2. Pandangan
hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang
terdapat pada Negara tersebut.
3. Pnadangan
hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relative kebenarannya.
Ideology
adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan
arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup kalau mengikuti apa yang tertuang
dalam kamus besar bahasa Indonesia. Ideology adalah tidak sama dengan aqidah.
Ideology adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk konsep
bersistem yang menjadi dasar atau asas teori yang memberikan arah dan tujuan
untuk kelangsungan hidup manusia. Sedangkan aqidah adalah bukan lahir dari
pemikiran manusia, melainkan lahir karena Islam yang diturunkan oleh Allah SWT.
Hak ideology ada 2, yaitu:
1. Ideology
Hukum
Rincian dari
keseluruhan orang dan masyarakat yang dapat memberikan dasar atau legitimasi
bagi keberadaan lembaga – lembaga yang akan datang. System hokum
atau bagian
dari dari system hokum.
2. Ideology
Politik
Himpunan
nilai – nilai ide, norma – norma, kepercayaan dan keyakinan, yang dimiliki
seseorang atau sekelompok orang atas dasar dan probelema politik yang
dihadapinya dan yang menetukan tingkah laku politiknya.
PENGERTIAN CITA - CITA
Teori dasar
impian adalah sesuatu yang ingin kita raih,
kita dapatkan, atau kita capai (ingat impian berasal dari kata impi, yang
memiliki relasi dengan kata mimpi).Sedangkan cita-cita adalah sesuatu yang
ingin kita capai disertai perencanaan dan tindakan kita untuk mencapainya
(perbedaan utama dengan impian, ada tindakan nyata untuk mencapai hal yang
diinginkan)
Pandangan hidup sangat bermanfaat bagi
kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Segala perbuatan, sikap, dan
aturan –yang diwujudkan dalam berbagai bentuk, merupakan refleksi dari
pandangan hidup yang telah dirumuskan. Pandangan hidup sering disebut filsafat
hidup. Filsafat hidup sendiri diarti-konkritkan sebagai kecintaan atau
kebenaran yang bisa dicapai oleh siapapun. Maka dari itu, pandangan hidup
dengan hakikat bisa dicapai oleh siapapun itu, sangat diperlukan oleh tiap
manusia. Pandangan hidup tiap orang bisa berbeda bisa juga sama. Dari situ
terdapat pengklasifikasian tentang asal dari pandangan hidup tersebut, sebagai
berikut:
a)
Pandangan hidup berasal dari agama merupakan pandangan hidup yang mutlak
kebenarannya
b)
Pandangan hidup ideologi merupakan pandangan hidup yang disesuaikan
dengan kebudayaan dan norma negara tersebut.
c)
Pandangan hidup hasil renungan merupakan pandangan hidup yang relatif
kebenarannya
1.
Cita-cita
Cita-cita menurut definisi adalah keinginan,
harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Tidak ada orang hidup.
tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup.
Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan
suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita yang merupakan bagian atau salah
satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu sesuatu yang ingin digapai oleh
manusia melalui usaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita apabila telah
terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu.
3
Faktor yang menentukan dapat atau tidaknya seseorang mencapai cita –
citanya antara lain :
- Manusia itu sendiri,
- Kondisi yang dihadapi dalam rangka mencapai
cita – cita tersebut,
- Seberapa tinggi cita – cita yang ingin
dicapai.
2 Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapai
tidaknya cita – citanya antara lain :
- Faktor yang menguntungkan, dan
- Faktor yang menghambat.
Pengertian Kebajikan
Berbuat Kebajikan Adalah Kodrat Manusia
Ada orang yang bertanya: Apakah saya sudah berbuat
baik?
Pertanyaan yang mungkin umum difahami, tetapi
saat kita berpikir akan hasil segala perbuatan kita menjadi sia-sia. Mengapa
tidak berorientasi pada proses saja? Proses yang baik dapat dipastikan
memberikan hasil akhir yang baik.
Saat melakukan sesuatu, baik pikiran, ucapan
atau perbuatan senantiasa mempertimbangkan kebaikan pula bagi sesama dan
lingkungan. Fokus pada yang dilakukan membutuhkan energi yang besar. Sering
sekali kita tidak fokus pada yang kita kerjakan. Inilah yang disebut : Going
London looking Tokyo. Lakukan sesuatu dengan sadar. Arti dari kesadaran adalah
perbuatan yang bertanggung jawab. Sadar akan perbuatan berarti memahami dengan
pasti bahwa perbuatannya tidak mengganggu lingkungan dan sesama. Inilah
definisi kesadaran….
Mereka yang sadar akan perbuatannya, tentu
akan berpikir berulangkali apakah yang dilakukan juga bermanfaaat bagi sesama.
Banyak orang melakukan sesuatu hanya untuk kepentingan diri, kelompok ataupun
golongan sendiri. Hanya untuk kepentingan personal. Ia belum melangkah ke ranah
transpersonal. Ranah manusia yang menyadari keterhubungannya dengan alam
sekitar. Sadarilah bahwa kita satu ada Nya. Tiada kotak pembatas.
Kotak pembatas muncul ketika kita hanya
mementingkan diri sendiri. Bukan kemanfaatan bagi umum. Contoh yang nyata ada
di sekitar kita. Misalnya banyak orang mengataka: Agamaku lebih baik dari
agamamu…. Pola pikir seperti inilah yang menimbulkan arogansi. Jika kita
berpikir: Agamaku tidak lebih baik dari agamamu, kita akan bisa mengapresiasi agama
lain. Pola pikir seperti inilah yang mesti kita tebarkan pada sekitar. Pikiran
adalah getaran atau resonansi. Dan resonansi ni akan tertangkap oleh mereka
yang memiliki frekueansi yang sama. Jika pun tidak, badan kita sendiri yang
akan mendapatkan manfaatnya.
Reward apa lagi yang anda butuhkan ketika
badan kita menjadi sehat karena bisa berpikir, berucap dan berbuat baik?
Mengapa masih saja harapkan konfirmasi dari orang untuk melakukan kebaikan.
Mengapa masih saja senang ketika statement kita menambah kekeruhan? Bukan kah
lebih menyehatkan membuat statement yang menyejukkan?
Mereka yang senang melukai perasaan orang lain
dalam keadaan sakit sesungguhnya. Tentu ada penyesalan dalam hati. Karena
berbuat baik terhadap sesama adalah alami. Sifat itu ada secara inherent dalam
hati manusia. Tapi karena bentukan lingkungan sifat kebaikan itu tertutup. Ia
hidup dalam perbudakan lingkungan. Jati diri yang penuh welas asih tertutup
oleh ilusi ciptaan lingkungan.
Kesadaran akan kebaikan diri tertutup oleh ketakutan.
Takut tidak diakui oleh rekan karena penampilan luar yang kurang mentereng,
katanya. Mereka kurang percaya diri terhadap energi kelembutan penuh kasih yang
merupakan kekuatan ilahiah sebagai kodratnya.
Sesungguhnyalah kodrat manusia berbuat selaras
dengan alam. Dalam diri manusia ada sifat angin yang menyejukkan dan sifat air
yang menghidupi. Api yang senantiasa bersemangat untuk berbagi kebajikan. Unsur
tanah yang senantiasa mau memaafkan walaupun dihina. Semua unsur di wadahi oleh
unsur ruang yang maha luas.
PERJUANGAN
Sebelum
memasuki makna perjuangan yang nyata dalam hidup, saya perlu mengurai dulu arti
perjuangan dari segi bahasa. Kata dasar perjuangan adalah juang yang mengandung
arti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai berikut:
a. ber·ju·ang: (1) berlaga (tentang binatang
yang besar-besar); berlawan: dua ekor gajah jantan berjuang memperebutkan
betinanya; (2) memperebutkan sesuatu dengan mengadu tenaga; berperang;
berkelahi: segenap rakyat ikut serta berjuang untuk mencapai kemerdekaan; (3)
berlanggaran (tentang perahu, ombak, dsb); (4) berusaha sekuat tenaga tentang
sesuatu; berusaha penuh dengan kesukaran dan bahaya: pihak keamanan sudah
berjuang membebaskan saudara itu;
b. mem·per·ju·ang·kan: berjuang untuk merebut
sesuatu: mereka memperjuangkan kemerdekaan tanah air;
c. per·ju·ang·an: (1) perkelahian (merebut
sesuatu); peperangan: aku terus melanjutkan perjuanganku; (2) usaha yang penuh
dengan kesukaran dan bahaya: berkat perjuangan yang hebat, pendaki gunung yang
tersesat itu akhirnya dapat mencapai desa transmigrasi.
Dari ketiga pengertian bahasa ini, kesimpulan
bisa ditarik bahwa perjuangan itu mengandung kegiatan mencurahkan segenap
tenaga untuk merebut sesuatu melalui jalan yang sukar dan penuh rintangan,
dengan berlawan, bertarung dan bersaing. Jadi, kata kuncinya adalah upaya penuh
tenaga, merebut sesuatu dan jalan yang sukar serta penuh rintangan. Pengertian
ini hampir sama dengan kata struggle dalam bahasa Inggris dan jihad dalam
bahasa Arab sebagai dua bahasa asing yang dekat dengan kehidupan masyarakat
Indonesia, meskipun sebelumnya ada bahasa Belanda yang pernah dominan dalam
komunikasi formal di zaman kolonial.
Pengertian bahasa yang menjelaskan kenyataan
dari contoh-contohnya ini, menyangkut uraian umum yang belum mempunyai sifat
atau karakter dan tujuan. Jika disifatkan sebagai perjuangan rakyat, maka
tampaklah masalahnya: mengapa rakyat, apa tujuannya, bagaimana jalannya? Nah,
sebelum menjawab pula soal-soal ini, pengertian rakyat perlu dijelaskan. Kata
rakyat berasal dari bahasa Arab, artinya orang-orang yang dipimpin dan pemimpin
dalam bahasa Arab adalah râ’i. Pepatah Arab “kullukum râ’in wa kullukum
mas’ûlun ‘an ra’iyatih”, menunjukkan arti umum bahwa setiap orang adalah
pemimpin dan mereka bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Jadi, dalam
pengertian yang individual, setiap orang yang disebut rakyat itu sebenarnya
adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinannya, setidaknya dia
memimpin dirinya sendiri dalam menjalani hidupnya, mungkin dalam mencari
nafkah, bisa juga dalam belajar.
Dalam bidang sosial, pengertian rakyat adalah
orang-orang yang dipimpin oleh pemimpin yang keberadaannya saling terkait.
Contoh, Pangeran Diponegoro adalah pemimpin para petani yang menolak tanam
paksa dari pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1825-1830 yang dikenal dengan
Perang Jawa itu. Jadi, ada hubungan tanggung jawab dan kebersamaan dalam
berjuang dari pengertian rakyat dan pemimpin, sekaligus ada perbedaan antara
pemimpin dan pemerintah. Pemimpin adalah sosok terkemuka dalam pikiran dan
tindakan yang berada di pihak rakyat dan menyatu dengannya, sementara
pemerintah adalah lembaga kekuasaan yang bertentangan kepentingannya dengan
rakyat. Lalu apakah pemerintah Hindia Belanda bukan pemimpin, padahal setiap
orang adalah pemimpin seperti pepatah Arab itu? Pemerintah ini juga merupakan
pemimpin dari kelompok atau rakyatnya yang mempunyai kepentingan berbeda dengan
pemimpin dari kalangan rakyat Jawa kala itu. Dalam pengertian yang sama, massa
adalah padanan kata rakyat ini. Pengertian massa secara sosial menurut KBBI
adalah kelompok manusia yang bersatu karena dasar atau pegangan tertentu. Jadi,
pemerintah Hindia Belanda dan massanya mempunyai kepentingan yang sama, yakni
merampas tanah petani untuk kepentingan perkebunan tebu dalam kesatuan industri
gula yang sangat besar meraup keuntungan dalam perdagangan dunia pada zaman
itu. Sementara P. Diponegoro adalah pemimpin massa petani yang berkepentingan
mempertahankan tanah pertaniannya untuk melanjutkan hidupnya. Dalam dua
kepentingan yang bertentangan inilah makna perjuangan bisa dipahami, yakni
perjuangan antara kelompok yang berkuasa dengan segala senjata dan
organisasinya, melawan petani dan pemimpinnya yang juga berjuang dengan segala
kekuatannya.
Sejarah masyarakat ini menunjukkan bahwa ada
perjuangan, perkelahian dan peperangan yang nyata dalam dua kepentingan
kelompok yang berbeda sebagai tujuan dari masing-masing kelompok. Tentu saja
ada kelompok-kelompok lain yang tidak terkait langsung dengan kepentingan dari
kedua kelompok yang berperang, namun dampak sosial dari perjuangan dua kelompok
utama ini tetap akan menentukan kemana kelompok-kelompok lain ini berpihak.
Lalu apa pengertian rakyat saat ini? Rakyat
tidak bisa dilepaskan dari pemimpin, sebab sejarah masyarakat sampai saat ini
menunjukkan bahwa keberadaan keduanya tak bisa dipisahkan. Namun, saat ini
bentuk kehidupan sudah banyak berubah dibanding zaman penjajahan Hindia Belanda
dulu, karena pada zaman kolonial, bangsa Eropa benar-benar terorganisasi
membangun kekuasaannya dan massanya di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan
Maluku dengan tujuan mencari kehidupan seiring dengan perkembangan peradaban
Eropa. Sementara rakyat pada saat ini berada dalam bentuk kehidupan yang
dijalin dengan hubungan buruh dan modal dan warisan bentuk kehidupan lama masih
hadir di pelosok nusantara, yakni hubungan petani kecil dan tuan tanahnya,
termasuk juga kelompok-kelompok yang berhubungan langsung dan tidak langsung
dengan bentuk kehidupan mereka. Dari kenyataan sosial sejarah, kelompok buruh
dan petani kecil serta buruh taninya tentu saja mempunyai pemimpin sekaligus
pemerintah. Pemimpin dan pemerintah rakyat ini bisa saja merupakan satu
kesatuan, bisa pula berbeda, namun pada dasarnya, pemimpin rakyat adalah sosok
yang berada di pihak rakyat, sementara pemerintah belum tentu berada di pihak
rakyat.
Dari fakta-fakta di lapangan sejak era
Reformasi 1998, rakyat Indonesia belumlah menjadi massa yang mempunyai
pemimpinnya mengingat arti massa adalah kelompok manusia yang bersatu karena
dasar atau pegangan tertentu. Pemerintah belum tentu menjadi pemimpin dari
kedua kelompok rakyat yang dalam statistik adalah mayoritas dari penduduk
Indonesia. Mengapa? Karena sudah jelas dari berita-berita dan kejadian di kehidupan
nyata, para buruh dan tani hidup dalam kemiskinan dan aturan-aturan kerja yang
sangat menyengsarakan mereka. Dalam organisasi-organisasi rakyat yang masih
kecil dan terpencar itu memang lahir pemimpinnya, namun sebagai orang-orang
yang terikat dalam kepentingan yang sama, mereka belum menjadi massa yang
terorganisir dalam memperjuangkan kepentingannya, yakni kesejahteraan dan
keadilan.
Dalam kondisi terpencar-pencar ini, rakyat
menghadapi pemerintah yang sama dengan fakta-fakta yang juga membuat
aturan-aturan untuk menjaga kepentingan massa atau kelompoknya sendiri,
sementara kelompok-kelompok lain sibuk juga menjaga kehidupannya dengan para
pemimpinnya. Akan tetapi, kesimpulan bisa ditarik bahwa rakyat secara umum
sekarang sedang berhadapan dengan kekuasaan modal dan penguasa-penguasa lokal
yang dipimpin oleh pemerintahnya. Dalam perjuangan yang tak seimbang ini,
rakyat secara umum belum mempunyai pemimpin, kecuali pemimpin dalam
kelompok-kelompok kecil, dan kini tengah berjuang, berlawan dan bertarung
menghadapi kekuasaan yang terpimpin dan setidaknya terorganisasi dengan baik
dalam menjaga kepentingannya, yakni kepentingan pemodal yang bertujuan menumpuk
laba sebesar-besarnya untuk kemakmuran mereka sendiri, entah pemodal luar
Indonesia atau pemodal dalam negeri sendiri. Seperti dalam sejarah masyarakat
sebelumnya, kelompok-kelompok lain pastilah menentukan posisinya: berada di
pihak rakyat atau di pihak musuh rakyat.
Dengan demikian, rakyat dan para pemimpinnya
itu pasti harus berjuang dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan dan merebut
hak-haknya kembali dalam meraih kesejahteraan dan keadilan sosial.
Syarat-syarat perjuangan ini harus juga dilengkapi dengan sebuah wadah
perjuangan yang terpimpin dan terdidik dalam menghimpun para pemimpin rakyat
itu dan dibangun dengan persatuan kepentingan rakyat serta segala daya upaya
(jiwa raga dalam istilah angkatan ’45) agar menjadi massa yang sesungguhnya
untuk mencapai tujuan perjuangannya. Itulah kondisi perjuangan rakyat dan
pemimpinnya saat ini, dan cepat atau lambat pastilah syarat-syaratnya dipenuhi
dalam berjuang, berlawan, bersaing dengan kelompok utama yang berkepentingan
merusak, mengeksploitasi, merampas dan memiskinkan kehidupan rakyat, yakni para
pemodal dan para pemimpinnya.
kepercayaan
Kepercayaan
dalam bahasa inggrisnya dinamakan "trust or believe" ini merupakan
suatu bentuk nyata dalam kehidupan dimana menjadi berharga dari intan berlian
sekalipun. Agama pun mengajarkan pentingnya kepercayaan pada Tuhan Yang Maha
Esa atau Allah SWT. Ini esensi penting dalam beragama karena tanpa ini maka
keimanan seseorang diragukan. Orang yang tidak mempercayai Tuhan adalah atheis.
Langkah-Langkah berpandangan Hidup yang Baik
Setiap
manusia pasti memliki sebuah pandangan hidup, dan sebagian mereka memiliki cara
pandang yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu hal. Bagaimana setiap orang
memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada setiap individu yang
bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana
mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai penimbul
kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya. Pandangan hidup sebagai sarana
mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai
berikut :
Mengenal.
Sebelum
seseorang meyakini sesuatu pastilah ia harus mengenal apa yang ia lihat
tersebut. Mengenal merupakan langkah awal dari berpandangan hidup yang baik di
karenakan dengan mengenal, kita pun akan dapat membedakan suatu hal yang baik
dan buruk menurut cara pandang kita sehingga kita tidak akan mengambil langkah
yang salah.
Mengerti
Tidak cukup
hanya dengan mengenal, kita harus mengerti tentang apa yang sedang kita hadapi.
Mengerti sebagai langkah lanjut dari mengenal. Mengenal di ibaratkan hanya
sebagai lapisan luar sedangkan jika kita ingin mengetahui lapisan dalamnya,
kita harus mengerti.
Menghayati
Setelah kita
mengenal dan mengerti suatu hal tersebut, maka langkah selanjutnya adalah
menghayati. Dengan menghayati kita dapat lebih jauh mengerti
Meyakini
Langkah
selanjutnya adalah meyakini. Meyakini dapat kita lakukan dengan memperdalam
rasa mengenal, mengerti, serta menghayati. Dengan meyakini kita dapat dengan
kuat berpegang teguh pada cara pandang yang kita yakini.
Mengabdi
Langkah
terakhir untuk berpandangan hidup yang baik adalah dengan megabdi. Mengabdi
merupakan suatu usaha untuk menyerahkan segenap keyakinan kita untuk suatu hal
yang kita yakini. Dengan mengabdi menjadikan kita lebih dekat atau bahkan
menjadi satu dengan hal yang kita yakini tersebut.
Contoh:
pancasila sebagai pandangan bangsa